Selasa, 08 September 2009

Tangga Kepemimpinan

“Sungguh, pada diri Rasulullah kamu dapatkan suri tauladan yang indah bagi orang yang mengaharap (rahmat) Allah, dan (keselamatan) hari terakhir, serta anyak mengingat Allah.”

.:: QS. AlAhzab (Kaum Sekutu) 33 :21 ::.

Di sekitar kita, banyak sekali contoh – contoh pemimpin dengan tipikal, gaya, dan prinsip yang berbeda – beda. Seorang pemimpin, bagaimanapun gaya kepemimpinannya, akan berprilaku menurut prinsip yang dianutnya. Ada pemimpin yang menonjol prestasi kerja dan integritasnya, tetapi tidak dicintai oleh lingkungannya.

Sebaliknya, ada seorang pemimpin perusahaan yang sangan raamah, peka, baik hati, serta pandai bergaul, tetapi agak lamban dan kurang disiplin. Akibatnya, para bawahan tidak memiliki semangat juang, meski sang pemimpin tersebut adalah orang yang menyenangkan. Akhirnya, kinerja perusahaan turun.

Menurut Agustian, Ary Ginanjar (146; 2008) Tangga kepemimpinan tersebut dibagi menjadi 5 tingkatan sebagai berikut :



Pemimpin Tingkat 1: Pemimpin yang dicintai

Pemimpin Tingkat 2: Pemimpin yang Dipercaya

Pemimpin Tingkat 3: Pembimbing

Pemimpin Tingkat 4: Pemimpin yang Berkepribadian

Pemimpin Tingkat 5: Pemimpin yang Abadi

Tingkat keberhasilan seseorang sangat ditentukan pada seberapa tinggi tingkat kepemimpinannya. Tingkat kepemimpinan juga menentukan seberapa besar dan seberapa jauh tingkat pengaruhnya. Telah begitu banyak pemimpin caliber dunia yang dilahirkan di bumi ini, namun pengaruhnya hanya beberapa waktu saja. Ia hilang bagai ditelan zaman. Sebut saja Winston Churchill, Leonid Breznev, Jenderal Mc Arthur, Ronald Reagan, Kaisar Hirohito, Yosef Broz Tito . Semua hanya tinggal kenangan, pengaruhnya boleh dibilang hampir hilang, atau bisa dikatakan hanya sedikit tersisa.

Tetapi, berbeda dengan pemimpin – pemimpin besar yang diturunkan oleh Allah seperti Daud as, Musa as, Isa as, Ibrahim as, dan Muhammad SAW, pengaruhnya terasa begitu kuat, hingga detik ini tak lekang ditelan zaman. Bahkan pengaruhnya semakin kuat, meski mereka tidak lagi berada di bumi ini. Inilah yang disebut pemimpin abadi, pemimpin yang cara memimpinnya sangat sesuai dengan hati nurani, dan bisa diterima akal sehat.

“ Dan masing – masing orang beroleh derajat, sesuai dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tiada lalai akan apa yang mereka lakukan.”

.:: QS Al – An’aam (Binatang Ternak) 6 : 132 ::.

Pemimpin Tingkat 1: Pemimpin Yang Dicintai

“ Kasihanilah mereka yang ada di bumi niscaya yang di langit akan mngasihani kamu.”

.:: HR Tirmizi ::.

Anda bisa mencintai orang lain tanpa memimpin mereka, tetapi anda tidak bisa memimpin orang lain tanpa mencintai mereka.

Pernyataan itu melukiskan tentang seorang pemimpin yang harus mampu berhubungan secara baik dengan orang lain. Seorang pemimpi tidak bisa hanya menujukkan prestasi kerjanya saja, namun ia harus mencintai dan dicintai orang lain.

Prinsip Basmallah adalah jawabannya. Selalu berusaha mengerti dan menghargai setiap individu, dan selalu bersikap rahman serta rahim. Berbeda dengan teknik sekarang yang banyak diajarkan, yang lebih menekankan pada teknik luar seperti : senyum, mengingat nama, mau mendengar, atau focus pada minat orang lain.

Pemimpin Tingkat 2: Pemimpin Yang Dipercaya

“Ia – lah yang menjadikan kamu khalifah di atas bumi. Maka barang siapa yang ingkar, keingkarannya membalik kepada dirinya sendiri. Dan kekafiran mereka hanya menambah kebencian Tuhannya kepada orang yang kafir. Kekafiran mereka hanya menambah kerugian (mereka sendiri ).”

.:: QS Faathir ( Pencipta ) 35 :39 ::.

Seseorang yang memiliki integritas tinggi adalah orang yang dengan penuh keberanian seta berusaha tanpa kenal putus asa untuk dapat mencapai apa yang ia cita – citakan.

Cita – cita yang dimilikinya itu mampu mendorong dirinya untuk tetap konsisten dengan langkahnya. Ketika anda mencapai tingkat ini, maka orang lain akan melihat bagaimana aspek mulkiyah yaitu komitmen anda, sehingga orang kemudian akan menilai dan memutuskan untuk mengikuti anda.

Integritas akan membuat anda dipercaya, dan kepercayaan itu akan menciptakan pengikut. Dan kemudian tercipta sebuah kelompok yang memiliki kesamaan tujuan.

Pemimpin Tingkat 3: Pembimbing

“Tapi orang yang membawa kebenaran, dan orang yang mengakui ( kebenaran ) itu, mereka itulah orang – orang yang takwa.”

.:: QS Az zumar (Rombongan) 39 : 33 ::.

Pemimpin yang berhasil tidak diukur dari sisi luas tidaknya kekuasaannya, namun lebih karena kemampuannya memberikan motivasi dan kekuatan kepada orang lain. Seorang pemimpin bisa dikatakan gagal apabila tidak berhasil memiliki penerus.

Pada tangga inilah, puncak loyalitas pengikutnya akan terbentuk. Tangga pertama akan menghasilkan pemimpin yang dicintai, tangga kedua akan menghasilkan pemimpin yang memperoleh kepercayaan karena integritasnya, dan pada tangga ketiga akan tercipta loyalitas, kader – kader penerus, sekaligus kesetiaan dari para pengikutnya.

Pemimpin Tingkat 4: Pemimpin Yang Berkepribadian

“…Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia, Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah…”

.:: QS Al – Hasyr : 7 ::.

Harry S Trauman yang mengatakan : “Disiplin pribadi ( diri sendiri ) adalah suatu hal yang datang terlebih dulu. Pemimpin tidak akan berhasil memimpin orang lain apabila ia belum berhasil memimpin dirinya sendiri. Pemimpin harus mampu dan berhasil menjelajahi dirinya sendiri; mengenal secara mendalam siapa diri sebenarnya. Sebelum ia memimpin keluar, ia harus lebih dulu memimpin ke dalam.”

Pada tangga inilah, pemimpin berperang melawan dirinya sendiri yaitu perang melawan hawa nafsu. Ketika seorang pemimpin mampu menghadapinya maka niscaya pemimpin tersebut akan berada pada titik control pemikiran yang baik.

Pemimpin Tingkat 5: Pemimpin Abadi

“Kau ( Muhammad ) sungguh punya budi pekerti yang agung.”

.:: QS Al Qalam ( kalam ) 68 : 4 ::.

Saat ini memang ada pemimpin yang sudah dicintai, dipercaya, dan juga pembimbing yang baik, namun apabila terbukti atau dirasakan tidak sesuai lagi dengan hati nurani manusia, umumnya pengaruhnya berhenti pada suatu masa saja.

Ketika suara hati merasakan ada hal-hal yang tidak beres dan tidak sesuai, maka manusia yang telah dikaruniai hati sebagai “radar” oleh Tuhan, akan dengan mudah mendeteksi hal tersebut.

Sifat ajaran Nabi Muhammad SAW adalah intelektual dan spiritual. Prinsipnya adalah mengarahkan orang kepada kebenaran, kebaikan, kemajuan, dan keberhasilan. Metode ilmiah ini yang mampu memberikan kemerdekaan berpikir dan tidak menentang kehendak hati nurani yang bebas, serta tanpa adanya unsur pemaksaan yang menekan perasaan, adalah metode terbaik yang pernah ada di mika bumi, khusunya dibidang kepemimpinan dan akhlak.

Peradaban yang sesuai dengan fitrah manusia, dengan jelas tersimpul dalam cerita yang diambil oleh Ali bin Abi Thalib Ra, ketika ia bertanya kepada Rasulullah dan dijawab :

Makrifat adalah modalku,

Akal pikiran adalah sumber agamaku,

Rindu kendaraanku,

Berzikir kepada Allah kawan dekatku,

Keteguhan perbendaharaanku,

Duka adalah kawanku,

Ilmu adalah senjataku,

Ketabahan adalah pakaianku,

Kerelaan sasaranku,

Faqr adalah kebangganku,

Menahan diri adalah pekerjaanku,

Keyakinan makananku,

Kejujuran perantaraku,

Ketaatan adalah ukuranku,

Berjihad perangaiku,

Dan hiburanku adalah dalam sembahyang.

Demikianlah jawaban dari seorang pemimpin yang mampu memimpin dunia dengan suara hatinya, dan diikuti oleh suara hati pengikutnya. Ia bukan hanya pemimpin manusia, ia adalah pemimpin segenap hati manusia. Ia adalah pemimpin Abadi. Smile Allahu Akbar 3X


Tidak ada komentar: